Menyebut nama kota Pekalongan orang akan terbayang pada jemuran
kain batik dan bau malam yang dapat dijumpai sehari-hari di setiap sudut kota. Dalam
masyarakat Jawa, batik merupakan simbol status sosial, simbol kekayaan, dan
identitas kultural. Pekalongan dikenal sebagai kota batik karena merupakan
pusat kerajinan dan perdagangan batik, sehingga batik menjadi denyut nadi
kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Batik Pekalongan yang tumbuh dan
berkembang menjadi salah satu karakteristik produk unggulan telah dikenal sejak
dahulu kala, baik secara nasional maupun internasional.
Hingga kini Pekalongan menjadi penghasil batik terbesar di Indonesia
yang produksinya tersebar ke seluruh Nusantara dan diekspor ke berbagai
negara. Perkampungan batik banyak
ditemukan di kota ini. Kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai sudut kota
diwarnai oleh kesibukan yang terkait dengan batik. Batik menjadi nafas
kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan identitas yang melekat
untuk kota Pekalongan itu sendiri. Eksistensi batik dapat dijumpai setiap saat
di seluruh sudut kota Pekalongan. Sementara itu aktivitas produksi dan
perdagangan batik hidup sepanjang hari, bahkan hingga larut malam. Denyut
kehidupan masyarakat yang tidak pernah lepas dari batik ini mengantar
Pekalongan dengan citra sebagai “kota batik”.
Batik sebagai identitas kultural di Kota Pekalongan tidak
hanya dapat dijumpai dalam bentuk
komoditi industri dan perdagangan yang merupakan bagian dari sistem mata pencaharian
penduduk, tetapi juga pada bentuk-bentuk lain. Batik menjadi aset ekonomi dan
aset budaya bagi masyarakat Kota Pekalongan. Sebagai aset ekonomi batik telah
lama menjadi sumber mata pencaharian
masyarakat Kota Pekalongan. Kerajinan batik merupakan bagian dari kegiatan
ekonomi yang mempunyai kontribusi besar dalam memberi kesejahteraan masyarakat
serta menyediakan lapangan kerja sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang
besar.
Sebagai aset budaya batik merupakan hasil karya seni kerajinan
lokal yang mengekspresikan keindahan dan nilai budaya yang tinggi, sekaligus
dapat mempertegas identitas lokal. Batik juga memiliki nilai falsafah
yang tercermin pada makna simbolik dari motif dan ragam hias batik serta
penggunaan warna. Adanya aneka ragam motif batik dari berbagai daerah yang
menunjukkan ciri-ciri lokal, memposisikan batik sebagai kebanggaan masyarakat
pemiliknya. Di Pekalongan sudah terbangun rasa cinta dan tertarik pada batik
sehingga masyarakat mempunyai tanggung jawab (sense of obligation) untuk
melestarikan dan mengembangkan batik. Masyarakat mempunyai kewajiban moral
untuk membangun image secara kontinu bahwa batik adalah kebanggaan
masyarakat Pekalongan. Masyarakat Pekalongan mempunyai rasa memiliki
(sense of belonging) serta kebanggaan (sense of pride)
pada batik sehingga mereka begitu mencintai batik.
Bagi masyarakat kota Pekalongan batik tidak hanya komoditas industri, tetapi batik menjadi perekat dari
berbagai komunitas, etnis, suku yang ada di Pekalongan. Terciptanya hubungan
yang harmonis dan penuh kekeluargaan di lingkungan dunia batik mengesankan
kuatnya sense of community. Batik menjadi alat untuk mengekspresikan
persahabatan, rasa hormat, simpati, dan harapan dalam interaksi sosial. Adanya
Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan dan asosiasi lain yang beranggotakan
berbagai elemen masyarakat menggambarkan bahwa batik menjadi media integrasi
sosial. Penggunaan seragam batik pada
instansi pemerintah, perusahaan swasta, organisasi, sekolah, dan berbagai
kelompok masyarakat menempatkan batik sebagai simbol kedudukan seseorang atau
suatu identitas kelompok. Dan terakhir yang ingin saya tekankan dalam tulisan
ini adalah bahwa disadari atau tidak pemersatu kita (Pekalongan) selama ini bernama
BATIK.
0 komentar :
Post a Comment