April 28, 2010




Bagi Blogger yang sudah lama berkecimpung dalam dunia bisnis blog terutama paid review, tentunya sudah tak asing lagi dengan namanya alexa ranking, Dengan memiliki alexa rangking yang rendah (dibawah 1 juta) bahkan sudah puluhan ribu, itu merupakan modal dasar untuk meraup dollar didunia paid review. Bagi Blogger yang masih pemula tidak ada salahnya mulai dari sekarang mulai meningkatkan alexa rangkingnya. Lalu bagaimana cara melihat rangking alexa kita? dan bagaimana pula cara meningkatkan alexa rangkingnya?

Cara beberapa cara yang telah terbukti dalam meningkatkan alexa rangking yaitu dengan meng-update postingan sesering mungkin, dan dengan memasang widget alexa di blog. Dengan memasang widget alexa diblog, selain berupaya untuk meningkatkan rangking alexa blog kita juga untuk mengetahui dengan cepat rangking alexa kita saat ini tanpa mengunjungi situs alexa.
Untuk memasang widget alexa silahkan klik disini terlebih dahulu. Kemudian masukkan URL blog pada "Alexa Site Stats Button" seperti gambar dibawah ini:



Kemudian klik "Build widget" sehingga akan menghasilkan kode HTML seperti gambar dibawah ini;



Kemudian pilih model widget yang diinginkan dan copy kode HTML-nya dan letakkan di blogmu.
Cukup mudahkan?
Selanjutnya, bagi blogger yang blognya belum terdaftar rangking alexa-nya akan menunjukkan angka 9, angka tersebut merupakan rangking dari domain yang kita gunakan yaitu blogger.com. Silahkan tunggu kira-kira 1 minggu, rangking alexa kita akan tampil di widgets. Dan tumbuhkan semangat Anda untuk terus meng-update postingan blog sehingga rangking alexa meningkat.

April 17, 2010


Tarbiyah sungguh mengasikkan. Pembinaan pribadi berkelakuan prima. Ada proses panjang mengarahkan. Fragmen nilai kebaikan bergantian. Kokoh antara doktrin dan penyadaran. Luas antara duniawi dan ukhrowi. Luwes antara tuntutan dan tuntunan. Dinamis antara idealita dan realita. Renyah antara keseriusan dan hiburan. Sebuah potret hidup tentang kehidupan. Ada contoh pribadi tegar berenergi. Ada teladan kelompok bersinergi. Ada keistimewaan. Ada prestasi. Ada keterbatasan. Ada kejenuhan. Ada kejatuhan. Ada semangat membakar. Ada jeda dalam perjalanan. Ada sikap mengakar. Ada kenyataan pahit. Ada rasa manis. Setiap sudut jiwa tersentuh. Bukti misi untuk seluruh. Bukan untuk kesempurnaan. Terlalu berat, terlalu sukar diwujudkan. Hanya mengoptimalkan potensi kemanusiaan. Hanya mengupayakan segala celah amalan dan kemampuan. Bukan sikap kesombongan. Sekedar berdikari dalam kebaikan. Belajar membela kebenaran. Belajar komitmen dengan keyakinan. Belajar berkorban demi orang lain. Belajar agar jiwa mampu untuk terus bersabar.


Tarbiyah membuat paradigma baru dalam kehidupan. Betapa jelas pandangan. Betapa luas pemikiran. Betapa tenteram perasaan. Betapa kokoh pendirian. Diajaknya jiwa bertualang. Dalam celah-celah ilmu dan peradaban. Diajaknya akal menyelam. Di kedalaman hikmah dan kebajikan. Diajaknya nafsu menyeberang, mengarungi samudera marifah dan ketundukan. Dan terbang tinggi menembus langit pengetahuan. Betapa banyak manfaat didapatkan. Betapa melimpahnya hikmah. Betapa nyaman seharusnya dirasakan. Betapa nikmat semestinya didapatkan. Namun kenyataan, selalu berbeda dengan mimpi dan cita-cita. Tidak seindah warna aslinya. Tidak setepat misi utamanya. Itulah justru kehidupan. Ada dinamika. Ada ‘dunia lain’ antara idealita dan realita. Tidak ada kesempurnaan. Ada kesungguhan. Tidak ada kepastian. Ada harapan. Tidak selalu wujud segala keinginan. Karena juga tidak semua benih unggul tumbuh sempurna. Bahkan tidak semua benih adalah unggul semua. Tetapi selalu ada lahan yang siap digarap. Ada huma yang siap dibajak. Ada air. Ada hama. Ada angin dan hujan. Ada panas dan matahari. Ada dingin dan malam. Masing-masing ada perannya. Ada pengaruhnya. Masing-masing ada batasannya. Ada ajalnya. Masing-masing ada hambatannya. Ada ujiannya. Ada takdirnya masing-masing. Ada alamat disetiap oksigen yang dilepas. Ada jatah disetiap nafas yang terhembus. Sebuah bianglala kehidupan. Aneka warna. Beragam rasa. Antara hitam dan putih. Antara susah dan mudah. Anatar keras dan lunak. Antara dekat dan jauh. Antara kasar dan halus. Antar bising dan sepi. Antara beragam ilmu, adat, budaya, keluarga, dan kehidupan pribadinya. Dan tarbiyah mengorkestrakannya. Menjadi padu. Bersinergi. Harmoni. Indah. Hidup. Dan menyatu.

Tarbiyah sangat kokoh menghujam. Sangat tinggi menjulang. Menaungi jiwa dan ruhani. Melindungi kesucian fitri. Seperti embun pagi, membersihkan, memuliakan. Mampu bertahan dalam semua cuaca. Tak lekang di panas. Tak lapuk karna hujan. Tarbiyah sangat luas mencakup segala. Sungguh cakupan sangat besarnya. Tapi tetap terjaga dalam naungan. Seperti taman rindang yang sejuk. Oase yang menyegarkan. Gemercik air pegunungan, asik alami. Seperti pendaki sampai di puncak. Melihat. Merasa. Mendapat kepuasan. Tarbiyah benar-benar membuat hidup lebih hidup. Segar. Aneka rasa kayak jas-jus. Berenergi. Ga ada matinya kayak energizer. Unik, kayak ornament antik. Indah, aneka warna kayak pelangi. Dan semerbak kayak kesturi. Kayak gitu gue ngerasain tarbiyah. Tapi itu dulu, 20 tahun yang lalu…

Sekarang…, setelah lebih 20 tahun berlalu, waktu memangsa dengan ganasnya. Masa menggerus dengan lahapnya. Awalnya tetap mampu bertahan. Karena ada kematangan berpikir. Dan kedewasaan bertindak. Luar biasa. Sungguh luar biasa. Tapi karena butuh stamina untuk bertahan. Butuh energy untuk menguatkan pijakan. Dan tentu saja akhirnya tak bisa pula dihindari. Hama yang terus menyerang. Sebab dasar karena kekuatan menurun. Dan stamina jiwa melemah. Maka terjadilah sebuah hokum hidup. Dan, di 10 tahun terakhir, Lihatlah asrimu, tak lagi seperti dulu. Lihatlah hijaumu, kian memudar. Hilangkan pesona. Hilangkan gairah harokimu. Mulai banyak bagian taman yang rusak. Bunga-bunga layu. Air yang tercemar. Kicau burung berkurang. Kesejukan menghilang. Karna tak ada lagi rindang. Pohon-pohon ditebang. Tanah gersang. Udara kering. Lahan kerontang. Kubangan dimana-mana. Air tergenang. Busuk menyengat. Sungguh tak sedap. Dan perawatan-pun tak kuasa. Melawan masa. Melawan keterbatasan. Melawan banyak tuntutan. Mungkin juga ada tukang yang salah urus. Karena terlalu banyak air membuat busuk akar. Terlalu panas membuat pucuk terbakar. Terlalu terbuka hinga sulit dikendalikan. Terlalu luas hingga sulit dalam perawatan. Tumbuhlah semak belukar. Pagar sudah tak mampu tegak untuk melindungi. Semakin banyak yang pergi. Meninggalkan taman yang merana. Mungkin bukan kesalahanya semata. Karena kenyamanan tak lagi dirasa. Karena banyak tanya yang tak terjawab. Ah, mereka tak tahu rupanya. Ternyata masih ada bagian-bagian taman yang rindang. Kolam jernih meski kecil sahaja. Ikan-ikan berkejaran. Pohon perdu cukuplah sudah. Membuat hijau mata dan nyaman suasana. Ada pula bunga-bunga aneka warna. Tak apalah meski di pot adanya. Masih ada orang yang mau bertahan. Merawat taman dengan segala apa yang ada. Karena ini taman kita. Karena ini bukan final , kawan. Belum habis kesempatan. Tak apa awan redup. Mendung bergayut di angkasa. Karena akan jadi hujan yang menyegarkan. Membersihkan. Tak apa malam gelap menutup. Karena akan datang fajar menyinari. Datang terang. Tak apa daun gugur berjatuhan, karna akan ada tunas baru nanti. Lihatlah bintang kejora di langit tenggara. Bisa kau pakai sebagai tanda. Menuju tempat semula. Dimana kau pernah menikmati suasana nyaman dalam keluarga. Yang membuat hatimu tenteram karenanya. Pergilah ke sana. Kau hanya butuh keyakinan. Bukan, bukan tersesat kawan. Hanya kabut yang menutup pandangan. Sehingga tak jelas arah perjalanan. Kau cuma perlu menenangkan diri. Dan menunggu sinar pagi menghalau kabut pergi. Karena masih banyak kesempatan. Masih terbuka lebar perbaikan. Kita hanya butuh jeda. Kita juga perlu tambah tenaga. Kita butuh keyakinan. Bahwa semua ini hanya sebuah proses besar. Dari Yang Maha Besar. Dan kita bertanggungjawab pada-Nya. Kita memang butuh kejelasan formal. Yang terang. Bukan pemanis kata. Tapi mungkin itu jadi tidak perlu. Saat gemuruh dunia memekakan telinga. Saat materi membutakan mata. Dan jabatan menghilangkan sifat mulia. Karena kita tetap punya tujuan, kawan. Ada tujuan yang dituju. Ada tempat yang kita datangi. Jangan kawan, Jangan tinggalkan taman ini. Karena kaulah harapan zaman. Untuk menjaganya. Membuatnya kembali berseri. Semerbak wangi. Menyedapkan orang yang memandangnya. Mengasikan berada di dalamnya. Jangan tinggalkan kawan. Karena kau bisa. Tetap berada di dalamnya. Bertahanlah kawan. Bertahanlah.

Subang, 6 Februari 2010

Malam dingin saat rintik gerimis

(Hanya sebuah kontemplasi diri

Karena kelemahan jiwa

Karna keletihan raga

Karena tak semua kata bisa terbaca

Karena tidak semua berita bisa dicerna

Karena tak mudah memahami logika

Dari lembar-lembar keputusan

Sedang nafsu terus meronta

Mencari jalan keluarnya

Mencari celah lemahnya

Menunggu saat diamnya

Maka teruslah berjaga wahai diri

Teruslah waspada

Bukan pada sesiapa

Tapi pada dirimu sendiri

Karna dirimu dipenuhi bara

Jangan tersulut

Jangan biarkan terbakar

Tetaplah ditempat

Dan focus pada tujuan

Menuju kebenaran)
sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)


Apakah aku salah saat walimah..? akhirnya pertanyaan ini menyeruak juga dari benakku. Setelah hampir 20 tahun tertutup rapat. Dalam memori keyakinan. Dalam kotak sacral ketaatan. Bahwa itu sebuah kebenaran. Bahwa itu sebuah nilai perjuangan. Bahwa itu sebuah langkah pengorbanan. Untuk sebuah proses pembentukan. Berawal dari itu semua. Maka walimahan harus sesuai syariat. Sebagai awal pembinaan keluarga. Sebuah proses panjang pembinaan umat. Maka ia harus memiliki pondasi yang kokoh kuat.

Apakah aku salah saat walimah? Karena meminta orangtua agar tamu-tamu dipisahkan antara pria dan wanita. Karena kita meyakini, walimah sebagai ibadah. Jangan ada cidera syar’i, dengan bercampurnya para tamu pria dan wanita. Tentu saja tak semua orangtua setuju. Sebuah kebiasaan baru, tak lazim kata mereka. Belum lagi, tidak semua masyarakat mau menerima. Ada yang harus membujuk dengan kata-kata manis. Ada yang harus berjidal dengan dalil Qur’an dan Hadits. Ada yang terpaksa ‘bertempur’ dalam suasana panas. Mengeluarkan semua strategi. Mengandalkan segala kelebihan diri. Semua dalam rangka memperjuangkan sebuah keyakinan. Bukan perjuangan ringan melakukannya. Karena yang dihadapi adalah kekerasan sikap orangtua. Karena yang dihadapi adalah kebiasaan dan kekakuan adat istiadat. Beragam keyakinan dan berakarnya tradisi masyarakat. Pastilah tak mudah menghadapi semua itu. Membutuhkan upaya serius namun manis.

Apakah aku salah saat walimah? Karena pengantin putri tidak bergincu tebal. Menghias wajah hingga tak tampak aslinya. Tetapi dengan make up yang tipis ala kadarnya. Sebuah semangat untuk tidak tabaruj. Karena kami juga meyakini. Tabaruj di depan orang banyak sebuah pencideraan syariah. Apakah aku salah saat walimah? Karena memasang tulisan kaligrafi sebagai hiasan. Sebagai sebuah kesempurnaan ajaran. Tak kalah manis. Tak kurang menarik. Tetap meriah dengan aneka warna dan rupa. Karena kami meyakini, janur bukan sekedar hiasan. Karena janur kuning sebuah ritual keagamaan. Kami tak ingin hal itu hadir dalam sebuah peribadahan kami. Salahkah aku saat walimah? Karena memasang nasyid islami sebagai pengiring. Menahan lagu pop dengan syair cinta yang mendayu-dayu. Atau lagu dangdut yang enerjik dengan ungkapan yang vulgar. Juga alunan seruling bambu yang melengking-lengking.

Apakah aku salah saat walimah? Saat strategi diperaktekkan. Rekayasa diterapkan. Selalu begitu setiap akan ada walimah di antara kami. Karena rintangan tak kepalang dirasakan. Hamper di setiap pelaksanaan walimah. Dan kala itu tak ada dukungan sama sekali dari instansi atau aparat setempat. Karena kita orang ‘asing’. Dianggap asing oleh masyarakat. Membawa ajaran asing. Tapi ghiroh betapa hebatnya. Semangat tak habis-habisnya. Militansi kami seperti akan melahap bumi layaknya. Membawa misi agama dengan bungkus akhlak mulia. Dengan tampilan prestasi kerja. Dengan contoh kehidupan nyata. Sederhana. Unik dan bersahaja.

Karena seperti itulah tarbiyah mengajarkan kami. Melalui ucapan para murobi. Karna kami meyakini. Itu bukan sekedar ucapan mereka. Karena itu sebuah pesan kebenaran. Bukan doktrin berantai. Tapi penyadaran akan sumber ajaran. Sebuah bukti amalan dari sikap keyakinan. Merekapun tidak hanya bicara, tapi memperkenalkan kami akhlak pekerti. Mereka mencontohkan kami pergaulan Islami. Dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memperkenalkan kami cara pernikahan syar’i. Dalam memulai rumah tangga sejati. Dan membimbing cara walimahan Islami. Agar keberkahan selalu menghinggapi. Seperti itulah mereka menikah. Seperti itu pula mereka walimah… Sebuah proses tarbiyah yang berketerusan. Sebuah amalan dawah bertahapan. Luar biasa.

Hingga, Kala waktu berjalan. Zaman bergilir perlahan. Kader semakin banyak tersebar. Pertambahan berkali lipat. Jumlah yang membengkak. Tanda penerimaan seruah dawah sebenarnya. Tapi ada yang berubah, tak bisa dihindari, sebuah proses hidup. Tentu saja pernikahan pun tak henti-hentinya. Setiap saat. Setiap tempat. Terus dan terus bertambah. Tapi ada yang benar-benar berubah. Sungguh, ada yang benar-benar berbeda. Semakin banyak pernikahan kader tapi semakin jarang ditemui dipisahnya tamu pria dan wanita. Serta kedua mempelai ‘dipajang mesra’ di depan semua. Ini hanya sebuah perenungan kecil . Karena setiap kali hadir di walimahan kader, selalu saja fenomenanya sama. Tidak tegas memisah tamu pria dan wanitanya. Pengantin bersanding mesra di pelaminan. Dilihat semua orang, dipandangi semua yang datang…

Kalau dulu motovasinya adalah mengamalkan syariat, pasti sekarangpun takan berubah. Tapi jika dulu walimahan dengan tegas dipisah agar tidak ikhtilat (bercampur) mengapa sekarang sangat encer dan longgar sekali tak ada sekat. Jikapun ada, pemisahnya hanya jejeran tanaman hias ala kadarnya. Bukan lagi berfungsi sebagai sekat pemisah, tapi sebagai hiasan pemanis agar pantas saja. Bahkan ada yang lepas begitu saja tanpa pembatas kecuali tempat kosong sebagai jarak pemisah antara barisan kursi. Kalau dulu pengantin dipisah dimana pria hanya untuk pria dan wanita untuk wanita. Dalam dua ruang berbeda. Pengantin pun benar-benar dipisah. Masing-masing dengan tiga kursi pelamin. Pengantin pria dengan ayah dan bapak mertua. Pengantin wanita dengan bunda dan ibu mertua. Jadi takan mungkin tamu pria melihat pengantin wanita. Seperti juga takan mungkin tamu wanita melihat pengantin pria. Bahkan tamu priapun takan bisa bertemu tamu wanita. Benar-benar dipisah. Mengapa sekarang pengantin disandingkan di depan semua tamu. Dipandangi bersama. Dilihat bersama. Disalami bersama. Didoakan bersama. Namun disinilah justru menjadi pusat ikhtilat akhirnya. Semua tamu, pria dan wanita bertemu, memberi selamat, memberi doa berkat dan menyelitkan amplop berlipat.

Apakah aku salah saat walimah. Agak aneh sebenarnya jika muncul kalimat seperti ini. Pertama, kalimat itu menyiratkan makna ketidakjelasan. Ada keraguan di dalamnya. Sehingga butuh penjelasan tambahan untuk memahaminya. Kedua, karena ini menyangkut masalah kebenaran. Apakah ada yang berubah dari sebuah nilai kebenaran. Ketiga, karena masalah inipun bernilai Ibadah. Lalu, apakah esensi ibadah itu sendiri bisa bergeser karena perkembangan zaman misalnya?! Ah, sesungguhnya sejak awal terasa ketidakwajaran dalam kalimat pertanyaan itu. Ada muatan kontradiktif di sana. Kontradiksi dengan makna pertanyaan itu sendiri, juga kontradiksi dengan realita antara waktu itu (80an – 90an) dan saat ini. Sehingga akhirnya lahirlah pertanyaan susulan berikut ; apakah walimahan waktu itu memang berlebihan..? apakah prosesi waktu itu memang sebuah kesalahan? Atau memang sudah tak sesuai zaman? Atau itu hanya sebuah konsekuensi logis dalam era musyarokah dawah? Atau malah, sebuah implementasi prinsip fikih dawah itu sendiri? Apalagi, dalam beberapa acara walimahan, para murobi kami menikahkan anak-anak mereka tidak seperti yang mereka ajarkan pada kami di masa awal dulu. Nah loh..! mengapa begitu..? Aku , Aku tak tahu jawabannya kawan, mulai nyeri kepalaku…

sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

April 16, 2010


Hatinya lembut. Kata-katanya manis. Sikapnya santun. Tak pernah berdusta. Selalu berkata benar. Selalu menepati janji. Lebih memilih yang mudah. Meninggalkan yang susah. Memberi contoh amal kebaikan, sebelum menyuruh orang-orang melakukannya. Wajahnya memesona. Tampilannya sederhana, tapi tak hilangkan wibawa. Akhlaknya sangat mulia. Jauh dari sifat hina dan cela. Ia seorang ayah yang sayang pada anak-anaknya. Mesra dengan istri-istrinya. Akrab dengan menantu dan mertuanya. Memuliakan yang tua. Mengasihi yang muda. Menghormati tamu dan tetangga. Sangat kasih pada anak yatim. Penyambung silaturahim, pelindung si miskin, pembela orang papa. Penebus hutang. Sangat pemaaf. Walau pada orang yang menyakiti. Bahkan pada yang telah memerangi. Memuliakan wanita. Dengan derajat sangat tingginya. Melebihi posisi di lain agama. Akrab dengan anak-anak. Dekat dengan para sahabat. Sangat pemurah, selalu memberi sesiapa, Seperti angin semilir. Tak henti-hentinya berbuat baik. Membela yang terdzolimi. Membantu yang kekurangan. Menolong yang membutuhkan. Mengasihi yang teraniaya. Memberi yang tak punya. Memudahkan yang kesusahan. Menebus yang jadi tawanan. Tak pernah menyakiti. Meski terhadap musuh sekalipun. Berasal dari keturunan mulia. Keluarga mulia. Pribadi sangat mulia. Memilih hidup sederhana , ketimbang kaya raya dengan harta. Memilih rumah bersahaja, Ketimbang gemerlap mewah istana. Mengalah untuk kemaslahan yang besar. Tegas dalam perkara mendasar. Disenangi kawan. Disukai lawan. Tak pernah berlebihan. Walau dalam peribadahan. Sangat peduli pada kebaikan. Sungguh pribadi idaman, penuh pesona kesempurnaan. Benar-benar sosok rahmatan lil ‘alamin. Rahmat bagi semesta alam.


Al-Amin, itulah julukannya. Artinya orang yang dipercaya. Julukan yang diberikan masyarakat jahiliyah. Sebelum Islam datang. Saat masyarakat bergelimang maksiat. Al-Amin, Seorang pemuda biasa, namun berakhlak luar biasa, yang kemudian dipilih Allah sebagai Nabi akhir zaman. Mendapat predikat dalam Al-Qur’an, sebagai Uswatun Hasanah. Contoh Teladan. Untuk seluruh umat manusia. Sepanjang zaman. Duhai.., dapatkah kau bayangkan, seperti apa orang yang memiliki kepribadian seperti itu. Sempurna di segala sisi. Tak ada kelemahan dalam akhlaknya. Benar-benar sosok teladan. Pribadi idaman. Kini, bisakah kau jawab kawan..? Pertanyaan sederhana saja. Mungkinkah orang se-sempurna itu mempunyai musuh..? mungkinkah orang selembut itu dikasari? adakah manusia sebaik itu tidak disenangi? Jawabannya pasti kita sepakat. Bahwa ia banyak memiliki musuh. Bahwa ia sering dikasari. Dan beliau-pun tidak disenangi. Siapakah orang-orang yang memusuhi dan tidak menyukai Baginda Nabi SAW? Bukankah ia mengalami ujian luar biasa. Dicaci maki. Difitnah dengan keji. Dikasari dengan lemparan batu. Hingga lembam dan berdarah di sekujur tubuh. Diboikot hingga tak dapat makanan tiga tahun lamanya. Diancam. Diusir. Diperangi. Apa yang kurang dari segala bentuk kedzoliman terhadap pribadi idaman. Santun dan penuh kasih sayang ini. Semua jenis penderitaan Ia alami. Segala macam kesulitan Ia lalui. Aneka kesakitan ia rasakan. Itu sebuah ketentuan sahabat. Sebuah sunatul hayah. Sunah dalam kehidupan.

(Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan saja mengatakan ‘kami telah beriman’ padahal kamu belum diuji oelh Allah..?* QS. 29 :1-2)

Sahabat… setiap kita akan mengalami sunatul hayah. Maka, Jangan merasa salah dengan sikap orang yang menyalahkan. Jangan merasa sendiri saat orang lain meninggalkan. Jangan bersedih saat diri jadi gunjingan. Jangan pesimis melihat aneka kemaksiatan. Jangan lemah kala ujian menimpa. Jangan kalut saat rizki kita luput. Karena semua itu tak mungkin dihindari. Karena semua sudah dalam suratan. Setiap jiwa akan mati. Setiap jiwa mengalami takdirnya sendiri-sendiri. Ada ujian yang akan menghampiri. Cobaan yang mengikuti. Allah memberi ujian berupa harta, tahta dan wanita. Allah jadikan fitnah anak, istri dan keluarga. Karena itulah sesungguhnya hakekat kehidupan dunia.

Dan Nabi sang teladan. Rasul akhir zaman. Hamba kesayangan. Manusia pilihan. Pun, mendapat ujian. Kesakitan. Penderitaan. Kesedihan. Kesendirian. Kesepian. Keguncangan. Fitnahan. Gunjingan. Pemboikotan. Pengusiran. Penipuan. Pengkhianatan. Pembunuhan. Peperangan.

Duhai jiwa yang lemah… segeralah menuju maghfiroh dan ampunan Allah. Teguhlah senantiasa dalam kebenaran. Tegar dalam ujian. Istiqomah dalam kehidupan. Sampai ruh meninggalkan badan. Akhir kehidupan.

sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)


April 15, 2010


Duhai Guru

Betapa sedihnya hati

Saat kau cela muridmu sendiri

Tidakkah kau paham

Bahwa itu menggores jiwanya

Dalam bilangan waktu yang lama

Jalan mereka masih sangat panjang

Bersamamu hanya jenak tempat pemberhentian

Berikan kenyamanan dan kesan mendalam

Dalam proses panjang pembelajaran mereka

Meski fenomena yang tampak adalah penentangan

Perlawanan, kenakalan, atau kesengajaan

Duhai Guru

Jangan bungkus kekuranganmu dengan sikap berlebihan

Jangan lampiaskan marahmu dalam hukuman

Dahului ramahmu sebelum marahmu

Jangan jadikan bukti kesalahan pembenaran eksekusi

Karena kau bukan hakim dan merekapun bukan napi

Jangan jadikan aturan dan hukuman sebuah rumus kaku

Tapi pahamilah mereka sebagai sosok luar biasa

Yang memiliki jiwa dinamis nan bersahaja

Dengan karakter yang sungguh uniknya

Dan potensi sangat dahsyatnya

Bukalah jendela hatinya

Dan longoklah ke kedalaman lubuknya

Ada telaga jernih di sana

Ada ketenangan dalam amarahnya

Ada keteguhan dalam keculasannya

Ada kesungguhan dalam perlawanannya

Ada ketundukan dalam pembangkangannya

Ada keseriusan dalam canda celotehnya

Duhai Guru

Selamilah palung hatinya nan dalam

Gapailah garangnya dengan kelembutan

Raihlah marahnya dengan keramahan

Dekaplah culasnya dengan keakraban

Redamlah perlawanannya dengan persahabatan

Ikat pembangkangannya dengan ketegasan

Sungguh jiwa akan berkumpul pada jenis yang serupa

Al-arwahu junuudun mujanadah begitu sabda Baginda Nabi

Maka ikatlah jiwa mereka dengan jiwamu

Jadikan cinta sebagai talinya

Dan iman adalah wadah besarnya

Basuhlah racun jiwa mereka dengan air wudumu

Bersihkan hati mereka dengan tahajudmu

Kuatkan pribadi mereka dengan doamu

Akrabi mereka dengan sapa ramahmu

Batasi mereka dengan ketegasan sikapmu

Setelah itu…

Biarkan waktu memproses kematangannya

Biarkan takdir memainkan perannya

Niscaya kau dapati keajaiban

Kelak..

Duhai Guru

Tugasmu bukan hanya mengajar murid pintar bertambah pintar

Tugasmu bukan hanya menguatkan murid taat bertambah taat

Mengarahkan murid sholeh bertambah sholeh

Murid manis bertambah manis

Karena kau tidak menghadapi semua muridmu pintar, taat dan sholeh

Kau bukan berhadapan dengan malaikat kecil tanpa dosa

Kau-pun bukan berhadapan setan kecil penuh noda

Tapi Kau sedang menghadapi remaja luar biasa

Dengan aneka rupa kemampuan, kecenderungan, bakat dan kecerdasan

Karena kau bukan sedang berada di toko emas

Yang hanya membutuhkan kerja ringan dengan sentuhan akhir

Memajang karyamu dengan menghitung hari penuh ketenangan

Tapi sadarlah, bahwa kau sedang berada di tambang emas

Sebuah medan asing tak terbayangkan

Butuh kerja keras untuk mengeksplor lahan

Proses panjang, berat dan melelahkan

Butuh kekuatan dan kecerdasan

Ketekunan dan kesabaran

Pengorbanan dan keikhlasan

Duhai Guru

Itulah tugasmu

Cari dan temukan emasmu…

Dalam jiwa-jiwa pembangkangan

Dalam kata-kata menyakitkan

Dalam tingkah laku menyebalkan

Dalam hari-hari melelahkan

Bukan tersulut amarah saat menghadapi kenakalannya

Bukan memboikot mengajar kala frustasi dengan ulahnya

Bukan memudahkan hukuman jika ada kesalahan

Atau membela diri kala tak bisa memberi jawaban

Bahkan merasa nyaman jika murid dikeluarkan

Ah, Betapa malangnya murid seperti itu

Ah, betapa malangnya guru seperti itu

Tidakkah kau lihat ada kebaikan dalam dirinya

Tidakkah kau rasa ada kekurangan dalam dirimu

Sungguh pelajaran sangat berharga

Maka mendekatlah ke halaman jiwanya

Dan menyelamlah ke telaga hatinya

Itulah mengapa tugasmu sedemikian beratnya

Itulah mengapa derajatmu sangat tingginya

Karna kau ajarkan ilmu

Karna kau tumbuhkan akhlak mulia

Karna kau tunjukkan kebenaran

Karna kau contohkan perilaku

Karna kau seorang guru

Karna mereka amanah besar luar biasa

Karna mereka asset sangat berharga

Untuk sebuah proses pembelajaran

Untuk kelangsungan perjalanan

Untuk membangun peradaban

Untuk kebaikan di dua kehidupan

Duhai Guru…

Sungguh berat tugasmu

Sungguh mulia kedudukanmu

Tapi kau tetap seorang guru

Dengan segala kekuranganmu

Dengan segala kelebihanmu

Maka jadilah guru pembelajar

Selalu belajar

Menjadi lebih baik

Subang, 22032010

(kala kesedihan mendalam

atas segala keterbatasan

atas segala kesalahan

atas segala kekecewaan

pada diri..)
sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

April 14, 2010


Wahai kawan mari kemari

Ada nasihat akan kuberi

Jadi pengingat tak lupa diri

Moga manfaat terbawa mati

Nasihat dalam kisah berperi

Tentang junjungan kasih Ilahi

Akan haluskan budi pekerti

Memperindah akhlak pribadi

Pribadi yang sangat istimewa

Dan memang benar adanya

Bahwa dirinya yang sempurna

Akan lahirkan banyak pesona

Pesonanya dalam penampilan

Sungguh sangat mengesankan

Wajahnya ceria lagi tampan

Tutur katanya sangat menawan

Pesonanya dalam kehalusan

Semakin membuatmu terkesan

Bahkan ia bisa memaafkan

Musuh yang selalu menyusahkan

Pesonanya dalam kasih sayang

Sungguh tiada terbilang

Ia rela percepat sembahyang

Mendengar tangis bayi mengerang

Pesonanya dalam kekuatan

Dengan mudah kau saksikan

Ketika ia dapat menjatuhkan

Seorang pegulat dalam pertarungan

Pesonanya dalam keberaniaan

Akan smakin menyempurnakan

Dalam kepungan terus melawan

Meski sendiri tiada berkawan

Pesonanya dalam pertempuran

Banyak musuh ditaklukkan

Itulah satu bukti kehebatan

Strategi jitu yang ia terapkan

Pesonanya dalam keluarga

Memang sangat luar biasa

Kecintaan pada putra putrinya

Kasih sayang pada istri-istrinya

Pesonya dalam masyarakat

Hubungan yang sangat merakyat

Tak ada batas maupun sekat

Hingga semua merasa dekat

Pesonanya dalam pemerintahan

Benar-benar satu keberkahan

Karna Rasul tidak memberikan

Bagi mereka yang minta jabatan

Pesonanya dalam keadilan

Tak ada lagi yang meragukan

Semua orang sudah merasakan

Ketika Ia mengambil putusan

Pesonanya dalam kecerdasan

Hasil yang sangat menakjubkan

Di Hudaibiyah ini dibuktikan

Hingga mendapat banyak keuntungan

Ia-lah pesona kehidupan

Yang bertabur keutamaan

Cukuplah sebagai tauladan

Untuk membangun peradaban

Ia-lah pribadi yang mempesona

Qudwah hasanah amat sempurna

Imam manusia teladan utama

Diutus untuk alam semesta

Ia-lah sinar mentari pagi

Yang selalu terangi bumi

Melembutkan hati yang mati

Mengajarkan hidup hakiki

Ia-lah cahaya purnama

Menambah indah malam gulita

Membimbing jiwa yang buta

Memberi kasih sayang dan cinta

Ia-lah bintang gemerlapan

Bertabur di langit kemilauan

Mereka yang dalam kesesatan

Dapati cahaya petunjuk jalan

Ia-lah air pegunungan

Jernih dan segar menyejukkan

Bagi siapa yang membutuhkan

Menghilangkan dahaga kejiwaan

Ia-lah bukit bebatuan

Tegak berdiri tak tergoyahkan

Bagi yang merasa ketakutan

Akan aman di benteng perlindungan

Ia-lah pohon yang tegak berdiri

Akar kokoh menghujam ke bumi

Semangat dan cita-cita tinggi

Namun teduh sejuk menaungi

Ia-lah deru angin topan

Yang siap menghancurkan

Segala bentuk kebatilan

Yang kotori nilai kehidupan

Ia-lah gelombang pasang

Sungguh dahsyat menerjang

Hancurkan jiwa pembangkang

Hingga Asma-Nya saja terbilang

Ia-lah api panas membara

Yang akan membakar segala

Sifat lemah dan cinta dunia

Tuk menjadi manusia mulia

Ia-lah senjata yang tajam

Selalu terhunus siap menghujam

Semua musuh merasa terancam

Tak rasakan jiwanya tenteram

Ia-lah pena yang menuliskan

Beribu kata dalam goresan

Setiap saat sampaikan pesan

Bahwa dunia bukanlah tujuan

Ia-lah bait-bait puisi

Tersusun indah penuh arti

Tak mengapa meskipun mati

Cinta padanya selalu di hati

Benarlah ia manusia utama

Dengan hati seluas samudra

Seperti angin sebarkan cinta

Tak ada lagi dendam di dada

Sungguh keutamaan sempurna

Takan bisa diungkap semua

Meski ditambah selaut tinta

Habis sudah kosa dan kata

Tapi kenyataan yang ada

Gambar cahya sangat indahnya

Betapa agung akhlak mulia

Menyebar kasih damai dunia

Ini sekedar satu upaya

Kerja kecil tiada makna

Sebagai bukti kuatnya cinta

Pada junjungan Nabi Mulia

sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

APA ARTI KEMATIAN ?

“Carilah kematian, niscaya

Kau dapati kehidupan.” (Abu Bakar)

Aneh sekali…

Apa arti kalimat itu?

Bisakah kau jelaskan

Karena ini sungguh mengherankan

Makna jadi dibolak balikkan

Bagaimana mungkin

Mati mendapat kehidupan

Bukankah mati akhir kehidupan?

Apa sebenarnya arti kematian?

Bukankah berpisahnya ruh dari badan?

Terhentinya pernafasan

Dan selesainya tugas jantung memompakan

Darah segar ke seluruh bagian?

Oh, kasihan sekali

Kau tertipu kebodohanmu sendiri

Kalau mati hanya seperti itu,

Apa beda dirimu

Dengan binatang berkuku?

Mati, dan semua berlalu…

Bukan seperti itu yang berlaku

Mati dan selesai semua urusan.

Kamulah yang sebenarnya aneh

Tak paham apa arti kematian

Padahal sudah ada sejak kau bayi

Menempelmu dekat sekali

Sepanjang umurmu kau lihat

Ribuan orang menjadi mayat

Diangkat

Ditanam diliang lahat

Tapi sebenarnya ia tetap ada

Hidup dan bisa merasa

Sengsarakah

Atau bahagia…

Salahmu sendiri

Tak juga itu kau pahami

Sebagai nasihat yang berarti

Tak juga kau bisa mengerti

Apa sesungguhnya mati

Sungguh ,

Di balik itu ada hidup abadi

Tiada pengulangan

Tiada perbaikan

Tidak juga nilai tambahan

Mati berarti selesai segala urusan

Hilang peluang

Dan habis semua kesempatan

Kau hanya akan menunggu

Mengandalkan sedikit amalmu

Karena…

Hanya itu yang akan membantu

Setelah itu,

Kau akan hadapi masalah baru

Karena kini kau telah berada

Dalam dimensi yang berbeda

Mulutmu tak bisa lagi bicara

Meski dulu kau si jago retorika

Kini giliran kaki tangan berkata

Juga hidung, telinga dan mata

Semua akan menjadi saksi

Atas apa yang telah terjadi

Di sepanjang hayatmu

Setiap harinya

Setiap detiknya

Tak ada yang lewat

Semua rapi tercatat

Catatan yang sangat akurat

Jangan, jangan kau membuat siasat

Menghindar dari si pencatat

Atau berharap dosamu menguap

Betapa kerdil

Betapa degil

Mari kesini…

Akan kuceritakan padamu

Bahwa kematian sungguh mengerikan

Tak ada kesenangan

Tak ada kegembiraan

Yang ada hanya kesakitan

Ingatlah,

Jangan pernah menyia-nyiakan

Kesempatan hidup.

Lihatlah…

Jika dirimu terbujur

Akan datang padamu

Seseorang yang mendekat

Sangat-sangat dekat

Itulah saat dirimu sekarat

Kau tahu…?

Siapa yang datang itu

Dialah sang penjemput

Dimana tak seorangpun kan luput

Meski kau digedung tinggi

Masuk ke perut bumi

Atau dalam kawalan ribuan polisi

Ah konyol kamu

Sungguh, kau takan mampu

Menghindar darinya

Karena baginya cuma punya satu misi :

Sekarang saatnya!

Sekarang, tak bisa ditunda!

Kau tak bisa apa-apa

Lihatlah,

Kau pasti mengenalnya

Ya, dialah sang pencabut

Benar, dialah malakul maut

Tidakkah kau takut mendengar namanya

Lutut gemetar

Lidah kelu dan bibir kaku

Bersiaplah…

Kini giliranmu…

Ooo.. jangan menjerit dulu,

Karena itu belum apa-apa

Tidakkah hidungmu menangkap

Bau anyir busuk menyengat

Membuat lambungmu teraduk-aduk

Naik ke tenggorok

Melekat di lidah yang basah

Kau mau muntah

Tapi tak bisa

Masuk lagi ke perut

Dan mengobok-obok sisi lambungmu

Kini,

Ia semakin mendekat

Dan lihatlah,

Sosok dua depa di depanmu

Sekarang berteriaklah!

Karena kau takan mampu diam

Melihat wajah sungguh mengerikan

Tak pernah ada dalam bayangan

Meski kau penggemar film horor

Yang kasar

Penuh darah berceceran

Pembunuhan sadis

Pembantaian brutal…

Tak berarti apa-apa

Kau semakin keras berteriak

Tapi teriakanmu tak terdengar siapa-siapa

Meski suara menembus awan di atas sana

Kau terus berteriak

Hingga bibir atasmu menyentuh hidung

Kini jaraknya semakin dekat

Ia terus saja merapat

Lalu tangannya menyentuhmu

Kau merasakan panas terbakar

Kau kembali menjerit, berteriak

Aaaaaauuu…aaaaaauuu…aaaaauuu…

Diusapnya kini ubun-ubunmu

Kau merasa tusukan seribu paku

Ia siap mencabut ruhmu dari jasad

Dengan tarikan kasar

Sungguh sangat kasar

Dan kau kini melolong

Aaaaaauuu…aaaaaauuu…aaaaauuu…

Kau tahu,

Betapa keras memisahkan ruhani dari jasadmu

Karena kecintaanmu pada dunia

Karena kebencianmu pada mati

Seperti menarik kawat berduri

Yang terkait pada tumpukan kapas

Tidak bisa lepas

Terus ditarik terkelupas

Tarikan semakin keras

Jeritan semakin keras

Aaaaaauuu…aaaaaauuu…aaaaauuu…

Ia semakin beringas

Tarikannya semakin keras

Jeritanmu semakin keras

Aaaaaauuu…aaaaaauuu…aaaaauuu…

Ia terus saja berbuat

Apa yang harus ia perbuat

Memindahkan duniamu ke akhirat

Kini tarikan lagi sangat kuat

Hingga memutuskan urat-urat

Pedih seluruh syaraf

Ngilu setiap persendian

Kau merasakan sakit yang sangat

Tapi kau cuma bisa menjerit

Aaaaaauuu…aaaaaauuu…aaaaauuu…

Tak ada yang mendengar

Tak ada yang menolong

Tak ada yang peduli

Tunggu,

Lihat dengan seksama

Dapatkah kau kenali jasad itu

Mirip benar dengan wajahmu

Namun kini sudah sangat jauh berbeda

Tak ada yang bisa dibanggakan

Tubuh kuatmu

Rambut indahmu

Mata jelimu

Senyum manismu

Lesung pipitmu

Lentik jarimu

Merdu suaramu

Semua hilang

Istri yang kau cinta

Semua sanak keluarga

Juga harta yang selalu kau jaga

Kau sungguh tak berdaya

Tergolek tak lebih onggokkan daging saja

Yang segera menyebar bau

Sungguh menjijikan

Perhatikan lebih jelas

Itu adalah dirimu

sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

Karena ini masalah surga…!

Pernahkah kau dengar?

Kisah indah sahabat pilihan

Seorang ayah dan anak berebutan

Untuk pergi berjihad di peperangan

Tak ada yang mau mengalah

Tak ada yang mau menyerah

Bahwa ia yang harus pergi

Ke pertempuran mencari mati

Sedang yang dibutuhkan satu orang lagi

Agar di rumah ada yang menjaga

Hingga nyaman seluruh keluarga.

Akhirnya Rasul memberi pilihan

Bahwa putusan dengan diundi

Siapa yang harus pergi

Anak atau ayahkah nanti

Oh, Ternyata ayah harus menyerah

Karena undian membuatnya kalah

Si anak dapat giliran

Si ayah merajuk tak putus harapan

“Berikan hakmu padaku,

tidakkah kau tahu siapa aku

apa kedudukanmu terhadapku?

Tidakkah kau malu

Memperlakukanku seperti ini…?

Duduk di rumah sendiri

Sedang yang lain berjihad…!

Melangkah gagah.”

“Duhai ayahanda tercinta…

takan kurang rasa cinta ananda

kau telah berikan banyak jasa

takan kuat ananda membalasnya

ananda hanya bisa berbuat baik saja

seperti Rasul sudah ajarkan.

Tapi ayah…

Masalah ini sungguh sangat berbeda

Karena perjalanan menuju laga

Kesempatan nanda dapatkan syahadah

Tak ada keindahan selain itu

Maafkan ananda ayah…

Karena ini masalah surga…”

Ya, karena itu masalah surga.

Dengan sedih hati dilepaslah sang anak

Dengan berat hati berangkatlah si anak

Hingga ia dapatkan syahid sebagai tujuan

Keindahan yang diidam-idamkan

Kenikmatan yang dirasakan

Duhai…

Betapa bahagaianya.

(Untuk Syahid si perindu syahid)

SYAHID ITU INDAH

Pernahkah kau dengar?

Kisah indah sahabat pilihan

Seorang ayah dan anak berebutan

Untuk pergi berjihad di peperangan

Tak ada yang mau mengalah

Tak ada yang mau menyerah

Bahwa ia yang harus pergi

Ke pertempuran mencari mati

Sedang yang dibutuhkan satu orang lagi

Agar di rumah ada yang menjaga

Hingga nyaman seluruh keluarga.

Akhirnya Rasul memberi pilihan

Bahwa putusan dengan diundi

Siapa yang harus pergi

Anak atau ayahkah nanti

Oh, Ternyata ayah harus menyerah

Karena undian membuatnya kalah

Si anak dapat giliran

Si ayah merajuk tak putus harapan

“Berikan hakmu padaku,

tidakkah kau tahu siapa aku

apa kedudukanmu terhadapku?

Tidakkah kau malu

Memperlakukanku seperti ini…?

Duduk di rumah sendiri

Sedang yang lain berjihad…!

Melangkah gagah.”

“Duhai ayahanda tercinta…

takan kurang rasa cinta ananda

kau telah berikan banyak jasa

takan kuat ananda membalasnya

ananda hanya bisa berbuat baik saja

seperti Rasul sudah ajarkan.

Tapi ayah…

Masalah ini sungguh sangat berbeda

Karena perjalanan menuju laga

Kesempatan nanda dapatkan syahadah

Tak ada keindahan selain itu

Maafkan ananda ayah…

Karena ini masalah surga…”

Ya, karena itu masalah surga.

Dengan sedih hati dilepaslah sang anak

Dengan berat hati berangkatlah si anak

Hingga ia dapatkan syahid sebagai tujuan

Keindahan yang diidam-idamkan

Kenikmatan yang dirasakan

Duhai…

Betapa bahagaianya.

(Untuk Syahid si perindu syahid)

sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

Anakku

Mari kemari

Kuberitahu padamu

Tentang makna sebuah perjalanan

Tahukah kau anakku

Perjalanan adalah pelajaran

Kau akan mendapatkan itu dalam hidupmu

Jika kau salah

Kau akan belajar arti kesungguhan

Jika kau jatuh

Kau akan belajar makna kehati-hatian

Jika kau kalah

Kau akan belajar hakekat keterbatasan

Anakku

Tak perlu kau takut melangkah

Jangan kau takut salah

Tak peduli perih kakimu

Tak peduli kotor bajumu

Karna angin akan mengajarkanmu

Bagaimana menghaluskan jiwa yang garang

Karna siang akan mengajarkanmu

Apa sesungguhnya arti kehidupan

Anakku

Jangan kau ragu memilih

Tumbuhkan keyakinamu yang ada

Jangan terlalu berharap bantuan orang lain

Cobalah berjalan sendiri

Karena bintang akan memandumu

Melintas cakrawala dunia

Karna bianglala akan mengawalmu

Menggapai semua mimpimu

Anakku

Jangan kau takut dengan gelap

Jangan kau hindari malam pekat

Karna gelap akan mengajarkanmu kewaspadaan

Karna malam akan mengantarkanmu pada fajar terang

Disanalah kau akan dapatkan pelajaran

Selalu ada harapan

Selalu ada kemenangan

Anakku

Jangan kau terganggu yang omongan orang

Maafkan semua kesalahan mereka

Jangan sisakan tempat di hatimu

Segala bibit dendam tumbuh berkembang

Itu akan menjadi virus yang mematikan jiwa

Sebaliknya, Jangan kau segan meminta maaf

Meski egomu kadang berkata dan merasa benar

Karna memaafkan adalah kemuliaan

Dan meminta maaf adalah kekuatan

Anakku

Teruslah berusaha

Jangan berhenti berdoa

Jangan kau putus asa

Setelah itu berpasrahlah

Dan biarkan takdir-Nya sendiri berbicara

Anakku

Bawalah hatiku bersertamu

Ada oase cinta di dalamnya

Reguklah sepuasmu

Kau akan rasakan

Semangat yang tak pernah padam

Energi yang tak pernah habis

Untuk terus belajar

Sepanjang langkah nafas

Sepanjang hayat

Dalam cinta.
sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

Jihad adalah seagung-agung amal

Semulia-mulia ibadah

Tak ada amalan yang bisa melebihinya,

Tak ada kebaikan yang mampu mengunggulinya

Jihad adalah puncak bangunan Islam.

Hanya orang pilihan yang mampu melewatinya

Bagi para mujahid telah disiapkan

Surga seluas langit dan bumi.

Di dalamnya terdapat beragam kenikmatan

Belum pernah dilihat mata,

Didengar telinga, bahkan,

Tidak pernah terlintas dalam benak manusia.

Jihad adalah peperangan terhormat

Karena memiliki motivasi yang bersih

Dan tujuan mulia;

Membela kebenaran,

Menegakkan keadilan,

Merealisasikan hukum Allah di muka bumi.

Karena itu Jihad bukan sekedar perang

Jihad adalah semangat dan ketaatan

ghiroh dan pengharapan

Jihad adalah hukum dan keyakinan

Juga cinta dan kerinduan

Maka hedaklah kau perhatikan

Semua adab dan akhlaknya :

Tidak membunuh anak dan wanita

Tidak membunuh tentara yang luka

Juga orangtua tak berdaya

Tawanan tidak disiksa

Tidak merusak kuil ,biara dan gereja

Tidak menebang pohon semaunya

Tidak menyembelih hewan bukan haknya

Karena jihad adalah kebaikan

Karena Jihad adalah kehormatan

Karena jihad adalah perintah Tuhan.

Jihad juga sebuah jalan.

Yang akan merubah kelemahan jadi kekuatan,

Kehinaan jadi kemuliaan,

Perpecahan jadi kesatuan

Penindasan jadi kemerdekaan.

Itulah diantara keutamaannya.

Seseorang datang kepada Rasulullah ,

“Wahai Rasulullah,

Ajari aku satu amalan, yang dengannya

Aku mendapat pahala para mujahid fi sabilillah!”

“Apakah engkau dapat terus melakukan

shalat tanpa putus dan shaum tanpa berbuka?”

“Wahai, Rasulullah,

tentu saja aku takan mampu.”

“Demi dzat yang diriku berada di tangan-Nya, jikapun engkau mampu melakukannya,

engkau belum dapat menyamai pahala

para mujahid fi sabilillah.”

Benar…

Jihad berbeda dari yang ada

Takkan bisa tertandingi.

Takkan bisa tersaingi

Takkan bisa terlampaui

Mereka yang berjihad di jalan Ilahi.

Maka tak ada jalan lain,

Kecuali bergabung bersama mereka

Meniti jalan para mujahid,

Mengikuti langkah para syahid.

Sumber : Pesona kata (http://dwifahrial.info/)

April 09, 2010