October 18, 2018


Menyebut nama kota Pekalongan orang akan terbayang pada jemuran kain batik dan bau malam yang dapat dijumpai sehari-hari di setiap sudut kota. Dalam masyarakat Jawa, batik merupakan simbol status sosial, simbol kekayaan, dan identitas kultural. Pekalongan dikenal sebagai kota batik karena merupakan pusat kerajinan dan perdagangan batik, sehingga batik menjadi denyut nadi kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Batik Pekalongan yang tumbuh dan berkembang menjadi salah satu karakteristik produk unggulan telah dikenal sejak dahulu kala, baik secara nasional maupun internasional.
Hingga kini Pekalongan menjadi penghasil batik terbesar di Indonesia yang produksinya tersebar ke seluruh Nusantara dan diekspor ke berbagai negara.  Perkampungan batik banyak ditemukan di kota ini. Kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai sudut kota diwarnai oleh kesibukan yang terkait dengan batik. Batik menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan identitas yang melekat untuk kota Pekalongan itu sendiri. Eksistensi batik dapat dijumpai setiap saat di seluruh sudut kota Pekalongan. Sementara itu aktivitas produksi dan perdagangan batik hidup sepanjang hari, bahkan hingga larut malam. Denyut kehidupan masyarakat yang tidak pernah lepas dari batik ini mengantar Pekalongan dengan citra sebagai “kota batik”.
Batik sebagai identitas kultural di Kota Pekalongan tidak hanya  dapat dijumpai dalam bentuk komoditi industri dan perdagangan yang merupakan bagian dari sistem mata pencaharian penduduk, tetapi juga pada bentuk-bentuk lain. Batik menjadi aset ekonomi dan aset budaya bagi masyarakat Kota Pekalongan. Sebagai aset ekonomi batik telah lama menjadi  sumber mata pencaharian masyarakat Kota Pekalongan. Kerajinan batik merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang mempunyai kontribusi besar dalam memberi kesejahteraan masyarakat serta menyediakan lapangan kerja sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang besar.
Sebagai aset budaya batik merupakan hasil karya seni kerajinan lokal yang mengekspresikan keindahan dan nilai budaya yang tinggi, sekaligus dapat mempertegas identitas lokal. Batik juga memiliki nilai falsafah yang tercermin pada makna simbolik dari motif dan ragam hias batik serta penggunaan warna. Adanya aneka ragam motif batik dari berbagai daerah yang menunjukkan ciri-ciri lokal, memposisikan batik sebagai kebanggaan masyarakat pemiliknya. Di Pekalongan sudah terbangun rasa cinta dan tertarik pada batik sehingga masyarakat mempunyai tanggung jawab (sense of obligation) untuk melestarikan dan mengembangkan batik. Masyarakat mempunyai kewajiban moral untuk membangun image secara kontinu bahwa batik adalah kebanggaan masyarakat Pekalongan. Masyarakat Pekalongan mempunyai rasa  memiliki  (sense of belonging) serta kebanggaan (sense of pride) pada batik sehingga mereka begitu mencintai batik.
Bagi masyarakat kota Pekalongan batik tidak hanya  komoditas industri, tetapi batik menjadi perekat dari berbagai komunitas, etnis, suku yang ada di Pekalongan. Terciptanya hubungan yang harmonis dan penuh kekeluargaan di lingkungan dunia batik mengesankan kuatnya sense of community. Batik menjadi alat untuk mengekspresikan persahabatan, rasa hormat, simpati, dan harapan dalam interaksi sosial. Adanya Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan dan asosiasi lain yang beranggotakan berbagai elemen masyarakat menggambarkan bahwa batik menjadi media integrasi sosial. Penggunaan seragam batik  pada instansi pemerintah, perusahaan swasta, organisasi, sekolah, dan berbagai kelompok masyarakat menempatkan batik sebagai simbol kedudukan seseorang atau suatu identitas kelompok. Dan terakhir yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini adalah bahwa disadari atau tidak pemersatu kita (Pekalongan) selama ini bernama BATIK.